Seandainya aku meminta seorang perempuan yang menjaga dengan baik auratnya, selaku aku menjadi seorang kristiani. Apakah salah?
Aku membayangkan nantinya saat aku yang menemukan wanita itu tak islam dan seorang kristen, dengan sebaik-baiknya menutup auratnya. Apakah dia akan bertanya nantinya ; apakah kamu tidak malu memilikiku yang malu menggunakan pakaian terbuka serta begitu disukai kaummu? Apakah kamu lelaki normal yang tidak memilih takut denganku nantinya saat berpapasan dengan gadis yang memuaskan mata kaummu?.
Begini aku akan menjawabnya, akulah pria yang beruntung jika memang aku menjadi kekasihmu. Dan keberuntunganku kali ini akan kujaga dengan sisa hidupku. Dan istilah malu tak memiliki tempat dalam sisa hidup itu lagi. Dan tentang perkara dengan gadis itu, aku sendiri akan berkata jujur sedari di sini. Aku pria yang dilahirkan dengan tubuh yang fana dan dengan segala niat manusiawi yang ada, maka saat bertemu dengan itu, dia akan sejenak memiliki nafsuku dan akan ku pastikan setia hanyalah embel-embel kepadanya nanti. Namun kamu yang menjadi poros utama perjalanan hidupku tak akanlah kuberikan padamu sebuah setia yang palsu. Dan satu lagi, aku ini manusia yang diberikan kesadaran untuk melawan. Dan jika nafsuku akan gadis yang kau sebutkan mulai membara, aku siap terjun ke niagara melawan fananya asmara.
Mungkin pertanyaannya tak sejauh itu ; seberapa pantasnya kamu bersanding denganku?
Dan jika memang dia tanpa rasa bercanda menanyakan itu, kupastikan dia tak sepenuhnya paham tentang apa yang aku jelaskan sedari tadi.