Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Rat

Setiap kisah yang kulihat  Tentang tolak belakang pandangan orang yang katanya normal.  Dan ini sulit untuk pertama kali Dan inilah hidup setelah pertama Untuk selamanya Selamanya untuk usik dunia Yang menyerah,  Bosan, hingga tak ingin kau ada. 

Semalam

 Jujur,  Andai semudah itu mendapatkannya Menebar kata yang mudah memikatnya Akan kurakit perahu kata Membujuknya menaiki layar nada Ku ikhlaskan setiap tenaga, mendayuh sampan menjauh dari telaga.  Memeluknya di tengah segitiga bermuda Tenang saja, diksiku cukup tenaga  Menahan ombak yang terus melanda Layar kukibarkan, menuju ke berbagai arah Menelusuri setiap jengkal dunia.  Akankah kau terjun ke dasar laut, mendambakan mutiara di kala kabut. Akankah kau memberiku hangat dekapan, untuk kita membentangkan layar yang kesekian.  Biarlah kurasuk jiwamu, dan biarlah aku menetap di hatimu. Terus terang aku menaruh harap tempat tinggal demikian. Istana yang sempurna untukku bahagia. Ketahuilah saat aku penuh tulus menjaganya, nyamannya api unggun di dinginnya malam tak ada apa apanya dengan nikmat saat itu di tempat itu. 

Jelek

Kenapa harus mengundang semesta? Di setiap bait sajak ini? Berhenti di sana, Tidak ada romantisnya sama sekali Tak pernah seyakin ini... Tentang pegawai NASA saja tidak suka merayu mengatas-namakan langit hitam. Mendekatlah, Di daun telingamu ada surat. Begini bunyinya " Aku sudah memiliki semestaku sendiri, mungkin lebih, namun tak kurang dari hapalan bintang di langit." Kamu bingung dengan itu. Maka kujelaskan di depan bola matamu Inilah tarian bibirku " Aku melihat manusia keluar dari badanmu, semesta? Lewat... Hingga menerima kemarahanmu, gempa bumi? Tsunami? No demage. Dan senyuman itu, senja hingga aurora kutub utara tak ada apa-apanya dengan keindahan itu." Memang...  Terdengar berlebihan. Beginilah aku menepis Juga mempertahankanmu Dari raupan lubang semesta. Menunggu waktu besok Sampai dimana hampa merajai. Dan sampai dimana... Hantumu jadi hidangan malam mimpiku.

Kolosal Sosial

Mencederai langkah berulangkali. Sampingkan rasa dengan bodo amat di ujung bibir. Rasa sulit juga meraihmu. Dengan lakon seperti ini, kurasa kamu tersenyum. Namun senyum yang biasa saja. Seakan kamu tak mengerti arti waktu, arti lalu, arti masa di mana aku mampu memeluk erat tangisan pedihmu.  Rangkaian kata dari otak melar, merenggang tak tau arah. Pastinya untuk komit seribu alasan. Begitu kujalani hari. Ku lihat hari yang ku jalani tidak begitu risih. Hanya saja kuisi dan ku fitnah fajar dan senja hari. Seperti ini kah caramu menyepelekan rasa?  Manusia penggerus trending. Manusia pemuncak dabel tap kesekian kalinya melihat rupa dan berharap rindu dipalu dengan setulusnya. Hingga saja aku berbisik nakal "sembah saja panutanmu sebagai tangan kanan tuhanmu". Kamu memilih menjauh seolah tak sudi kusanjung yang sebenarnya persis dengan larik bunyi sanjungannya. Rentetan masa kembali kau sia-siakan.  Sialan...  Distancing (judul lanjutan)  -Jan... 

Lu Yo I

Dari negeri antah berantah "Hai bg Jan, udah makan belum? " "Belum, tumben perhatian." "Aku kan emang perhatian bg." "Apa coba ulangi Ana" "Aku kan emang perhatian bg" (Kali kedua)  "Kok bg, sayang dong." "Iya, sayang." "Gitu dong Na" "Tapi boong, hihi rasain." "Kamu yah, udah berani sekarang." "Berani apa bg?" "Berani nunjukin perasaan sendiri, dan itu buat aku suka Na. Seenggaknya kamu jelas perhatian ke aku." "Iya, aku kan sayang kamu bg, muachh." ( cium telpon) "Eh.." Siap ga lu anj (awokokok)  -Jan...  O iya..  Ada waktu dimana haluku begitu memuakkan bagimu. Aku ingatkan, di waktuku saat ini rasanya begitu memuakkan melihat halumu. Tapi rasanya aku harus belajar bagaimana menciptakan rasa suka akan halumu.. Ya bagaimana kamu memandang dunia ini. Ku salahan diriku yang memvonis rendah halumu. Ketahuilah aku sedang belajar mencintaimu dengan ca...

Alunan Nestapa

Oleh : Jan...  Restu dan doa yang fasik Harapan didengar dan disegani Belatung pun harus dimakan untuk menjembatani Aku cemas bagaimana kamu kumiliki Kekasih terhalang lingkaran otorisasi Kekasih bermandikan tawa arogansi Sayang yang kusebut mengganti namamu Berdirilah menjinjit memasang tameng batinmu,  Hangatkan jiwamu dengan logika hatimu Berilah terang pada daya pikirmu Kamu tak harus tersandung di teater retorika.  Bertahanlah di alun alun tengah kota Aku berdiri menghadap ayahmu di sana Kuharap kamu mengerti saat melihatnya Aku sedang mencari restu dari perampok negara Dan memohon bimbingan dan doa darinya.  Aku jelata yang juga menjunjung negara Tetap adu nyawa dengannya.  Peluklah ayahmu jika ia menolak lamaranku Dan ingatlah pada langkahku Tak gentar memberi hantaman satireku Dan jika besok aku yang kamu pilih Jangan salahkan aku Yang memegang tanganmu memberontak ayahmu.  Atau saja kulacuri kamu di depan terhormat.  Dan biarkan meja parlemen ...

Pria Bungkam

Bersiap memulai hari dengan alasan pengalaman segala arti.  Kiri dan kanan, atas dan bawah, muka dan belakang. Berganti... Saling memahami seorang pria tak berguna menenun jati diri.  Hal yang aneh untuk para penggerus masa kini. Senyuman termanis diperbuat untuk segenggam harapan, pecah karena ketidakpastian. Percaya diri, barang langka dalam kepemilikan. Dan bagaimanana dengan hari? Sedang berusaha bersikap menerima batang hidung sendiri. Pria bungkam takut rupa segan wajah berdasi Ambil inisiatif di bawah telapak kaki.  Walau jujur berkali kali harus tunduk kesekian kali.  Membenak arti tahu diri agar tidak lagi uji nyali.  Serangkaian kata yang seharusnya tertuju padamu, kembali hilang kendali akan tusukan macam belati, memberi ide segera menjauh darimu. Rasa tak pantas hingga saja berujung putus asa menjadi lingkaranku saat ini.  Sesungguhnya  baperan...  Buang saja, sudah biasa.  Debat hebat antar dua kubu,  Sudut merah oleh hati d...

Senyuman Bintang Padaku

Oleh : Jan...  Hidup ini seakan bintang di langit Kadang di atas  Kadang tak di bawah. :v Yang terlihat kecil Akan membesar Melalui teleskop.  Dan sadar akan arti cara,  Seperti ini namanya dizoom. :'v Diamlah sebentar,  Bentakan pola pikirmu mengacaukan acungan instingku.  Tak marah, hanya saja telingaku tak bisa kuredam untuk kata perendah darimu.  Oh iya...  Terbersit cerita turun temurun leluhur,  Hidup seakan seperti bintang di langit Banyak menginginkan kejatuhannya Untuk mereka merogoh seberkas harapan pemuas nafsu memiliki. 

Diri Sendiri

Perlahan tapi pasti Menanam hingga menuai Memastikan langkah berkali kali Sejenak rehat, duduk manis minum kopi S emangat tarik ulur E nggan diskusi namun nafsu berbaur N anti? Tak sadar sudah menjamur D eretan lamun segera menjulur I dealis bela diri begitu manjur R ada gila takut terkubur I bunda penuh juang ikut campur Memiliki sepasang mata, terletak di depan dan sama rata, untuk setiap orang dengan pandangan setara. Memiliki dua telinga, terletak di dua sisi yang berbeda, untuk tidak mendengar cerita dari satu sisi saja. Memiliki dua sisi otak, untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi memikirkan orang lain juga. #anonim  #akrostik Bisa juga ternyata

Senja Kali Ini

Tawa terlepas sudah Sejak tadi kala senja Saat aku melamunkan tentang kita Saat semua angan tentang hidup berdua Yah... Kutulis saja Teruntuk kamu yang disana, dengarkan ya.. Kita bersatu dalam angan kusebut sajak senja Selepas itu hanya cerita yang begitu berbeda Bukan tentang kaum kita saja Tentang sudut pandang, kita pun bersahutan tak seirama Kamu memilih dia Dan aku hanya pemesan tiket yang setia Kamu begitu bahagia dengannya, Aku hanya mampu berkutat mencoret langit senja menggumamkan kisah lama Yang pernah kita ukir bersama. Iya.. Aku tahu semua punya perannya. Setiap tingkah yang berbeda. Pelangi terlihat indah karna tak hanya memiliki satu warna. -Jan... Panoguan, 09 Maret 2020

MALAS

Nuansa hendak menyalami Kendati lemas hendak berhenti. Meraba bersama seruni Berbincang tentang senja hari ini. Mengecewakan, tak tahu diri, tak mampu mengerti. Sepertinya besok arusnya akan mengalir lagi. Menyengat dada pemenjara hati. Ya, harusnya memang begini, saling mencurigai, entah itu mengasihani atau saja berupa dengki. Meludahi hati,  Bermain hembusan angin Menenangkan diri,  Hingga saja pipi butuh sandaran dinding yang dingin. Memuncak di senyuman termanis Bersembunyi di hitam pupil pria berkumis Kembali memenggal narasi Memberi alur tanpa spasi Menegaskan segala ruang bersisi Maaf sedang  bertransisi

Bersajak Tanpa Rasa

Kamu pasti tak menyangka dengan ini, atau bahkan menangis haru membaca sajak ini. Sajak yang begitu sempurna, sejak dua bulan yang lalu aku mempersiapkannya hanya untukmu. Ada tujuh paragraf yang kutuliskan dengan diksi sederhana. Jumlah yang didalamnya ada puluhan diksi rapuh yang tertulis. Kamu mungkin akan menyangka jika setiap bait-bait sajak berisi kata-kata romantis dalam setiap kalimat seperti dulu. Dimana kamulah isi tulisanku, kamu salah jika mengira seperti itu. Semua kata didalam sajak ini adalah ungkapan hati yang benar-benar kabut. Tak ada majas yang mendalam di sajak kali ini.  Sajak yang sengaja kubuat demikian hanya untukmu karena cintaku padamu benar-benar selimut kabut yang mengepung mataku, memenuhi rongga dadaku dan melemahkan denyut nadi. Biarlah cinta itu tetap berkabut, tanpa hujan, tanpa terik matahari, tanpa senja, tanpa cuaca. Di bagian akhir sajak kutuliskan sebaris catatan sebagai pesan; "Senjaku kali ini lebih indah daripada mempercayai...

Masih Rasa yang Sama

Hanya karena tak nyaman Lekas pergi meninggalkan? Sebentar, kuungkap pertanyaan Sungguhkah kau punya pemahaman Arti dari perjuangan? Manis bukan? Seakan semua tanpa kata sanggup berdiri menghadap kenyataan. Didengar akan ucapan Ahh... Cukup. Mungkin bukan saatnya untukmu Saling memalu rindu denganku Juga merasa bagaimana lika liku bersamaku. Maaf juga diriku. Tanpa izin berusaha memahamimu Tanpa izin berusaha mengusap buliran air matamu Saat itu hanya ingin memperjuangkan dirimu Dengan caraku.... Dengan perhatianku.... Dengan dangkal pengetahuanku... Yang biasa saja bagimu Tetap saja diri ingin kembali Menemui dan memberi tawa lagi. Namun rasa jemu itulah Yang tetap kau pelihara Kau lapisi dengan baja Kau jadikan benteng singgasana Entah.... Sampai kapan aku mampu memecahnya Tulisan tanpa Titi Mangsa.

Anna

Masih dengan -Jan (wah harus ada ini dong) " Bisa tidak sehari saja kamu absen dalam mimpiku? " (Entah suara dari mana menjawab lelaki yang melamun itu) "Kok ngusir? " (Sontak {assique sontak dong }lelaki paruh baya itu menganga) "Iya ampun ampun" ( jawab lelaki itu dengan menganga nya) "Yowes, kamu tidur lagi dong, ga sabar apelin tidurmu besok" "Ii.. Iya " ( masih dengan menganganya) Akhirnya mereka berdua pun hidup bahagia di istana rapunzel. Nb: rapunzel diikat terus dibuang ke jurang yang penuh kenangan Apaan si so a6 lu

Aku

Lelaki (bodoh, tolol, sok pintar, sok asik, sok iya kali aku qmaq) dengan Segala Tanya Jati Diri [Seterah anda menyebut insan imut ini apa] Oleh : Jan... ( harus ada ini dong) Apa ini Hanya wacana dengan segelintir api iri Hilang sudah pandangan yang akhirnya sepi Sama sekali hanya untuk sensasi Wah gila si ini Bagaimana diri menikmati hidup ini Bagaimana proses mampu ku mengerti Aku saja tak mampu menerima diri Menerima kenyataan yang terjadi Melihat teritorial yang seharusnya kumaklumi Namun pedih saat murka menghampiri Namun saat itu juga dimana hati ingin berdiri lagi Dengan alasan ciptakan jati diri Hilih ciptikin jiti diri Entah mengapa proses selalu mengelabui Keliru yang dulu, terjadi lagi Mencoba bangkit lagi Lagi... Lagi... Lagi.... Apa aku masih di zona nyaman itu Apa aku nanti mampu.. Ya mampu keluar dari kebiasaan yang penuh tipu. Saat ini aku hanya sedang berjalan Aku punya mimpi Dan ya.. Berjalan menuju mimpi itu Tanpa tah...

Anugerah Kala Senggang

Jauh sebelum mengenal seraut wajah itu Kesendirian suatu anugerah bagiku Bahkan menerima hati aku tak butuh Aku hanya mampu Mengagumi diriku Tanpa terbelenggu Dan tiba - tiba kau hadir Menawarkan dekapan yang terus mengalir, Sungai dekapan yang entah dimana berhilir Yang lantas membuat hangat namun tetap bergetir Andai saja dekapan itu tulus.... Akupun memahami Tulusnya dekapmu semua kau beri Untuk dia yang tak mengerti Akan tegarnya kau berdiri Untuk tak berhenti menanti. Nb : Inspirasi judulnya dari tulisan si Kakek👴 Hehehe Tq pungg

Mengertilah Angin

Sudah waktunya hati tak satu Tegas kukatakan untuk dirimu Sudah saatnya kembali saat masa dulu Jauh sebelum kita berdua menaruh kalbu Aku kasihan... Hanya memberi luka di setiap derap waktuku Aku kasihan... Hanya mampu mengisi hari dengan lamunku Hei... Kumohon untuk pergi Bukannya aku sedang benci Hanya ini sungguh mustahil terjadi Bukannya aku tidak mau berjuang Hanya sadar begitu banyak yang akan terbuang Segala yang tersisa biarlah kusimpan Dan biarkan aku tetap mendayuh sampan Sampan dengan rakitan kenangan Hahaha... Biarkan Lelah dan sakit ini ku makan

Ahli Magis

Awal yang indah untuk bermula Dengan segala harapan dan janji gulali Aku hanya mampu tersipu dan ingin rasanya melepas tawa Dengan orang yang satu ini, yang pernah ada di hati Tanpa sadar dia pergi tanpa permisi Dia menghirap bak pesulap ulung nan ahli Dia tinggalkan segalaku yang penuh arti Aku... Dengan dewanaku Pada dia yang saat ini tak peduli dengan senduku "Menyesalinya".... Rangkaian huruf yang iringi tangisan lara Rasanya aku butuh pembelaan dari buana Akan pupusnya segala canda tentangnya Sial, tetap saja pilu terasa. Untuk kesekian kali Air mata kembali membasahi Menyebut namamu diselingi maki Berandai andai... Untuk coba ambil kendali Akan tangisan yang tiada henti Andai saja untuk saat ini Kau hadir, oh... Serendipiti Kuberikan hati serta taburan terimakasih

Semua Salah

Mulai memandang Hingga aku mekar dan ingin terbang Saat dengar segala madu Menjadi candu bagiku Tersenyum, terkulai, bahkan tak berdaya Saat kamu beri canda dan tawa Sungguh hati tak tau kemana, Sungguh jatuh aku mencinta Rasa itu tetap nyata sampai saat ini. Saat ini juga hati menangisi. Tak ada bedanya antara kamu dan senja hari Selalu dinanti namun tak mampu berjanji. Kau tak mau mengerti Untuk menetap dan janganlah pergi. Masih dengan tangisan ini Dengan segala jati diri Ternyata... Saat itu aku tak tahu diri Siapa aku bagimu yang kusangka sang pemilik hati Mengakhiri ratapan Namun tetap di kesendirian Berbisik kepada tinta lamunan Bahwa telah kujatuhi keyakinan Padamu untuk kupastikan Tetap ada untuk bertahan Menjaga segala perasaan Yang tak tahu kapan terima balasan. 

Curahan Setapak Hati

Menyaksikan berbagai sikap Tak apa hanya kujadikan arsip Mata yang melihat, Berbunga, seakan tak mau dibabat Jari yang menekan, Menggebu, tak mau hilang sahutan Mulut yang berucap, Tega membumbung kata yang belum terucap Sesal telah terlambat Tapi hentakan kaki tak harus diperlambat Terkadang hampir tewas oleh dongeng cerca Untuk wujud luar yang membara Menyakiti dengan sengaja Hanya untuk teguran dan sapa Tapi tak mampu kulepas Karna dia yang satu satunya, Sumber bahagia yang tetap ada Satu arah... Antara hati serta mata. Entah itu apa..  Yang terasa sangat tidak mungkin melupanya.  Aku juga ingin beranjak Namun bingung tujuan bertindak Hanya sederhana ku awali dari sajak.  Yoshh

Rasa Tentang Sikapmu

Kecewakan aku... Hingga aku belajar untuk tidak berharap padamu, Hancurkan aku... Hingga aku belajar untuk menyatukan Kepingan yang tersisa, Bahkan... Tinggalkan aku... Sampai aku belajar hidup tanpa dirimu Tak lagi sudi Untuk singgahi Kamu pemilik rongsokan hati Ku akui bila berat memupuskanmu Esok... Kupastikan untuk langkahku Telah menerima ajar, Oleh sikap dan bengis hati kotor itu Maafkan kataku Bukan untuk dirimu Semua ini terbang hanya untuk sikapmu #anjaymabar:'v

Sandaran Lelah

Oleh : Jan...  Cukup harapan saat ini Bersemayam untuk tak berhenti Pelabuhan rasa surgawi Sungguh ini dambaan diri Dulu sebelum arwah Berdua di pematang sawah Tak terasa kita kuyup basah Betapa tidak sebuah kisah Kau dan aku akhirnya terpisah Jarak bahkan waktu Harus dilalap oleh Dia sang Pencipta Raga dan jiwamu Tak lagi harus menderita Maaf ayah... Tak mampu beri seluruh cinta, Waktu untuk bercerita Hingga tubuhmu kaku dan tak berdaya Tenanglah kamu yang tercinta Yang tak lagi mampu terjamah Disini anakmu yang kau cinta Memainkan omong kosong belakanya Tentang rindu bercampur air mata Semangat qmq

Lintasan Ajaib

Hari yang indah Keluarga itu menjadi pemenang Akan indahnya ruang Bahkan megahnya waktu senggang Sosok ayah yang tersebut aku naik Memberi sambutan hangat Dan seolah mengabsen yang dimulai dari Anna isterinya yang tersebut kamu juga anak anaknya.  Tak berapa lama semua berkata "yo I gasken anjim" Kita melangkah dari ruang hangat Menuju dia si roda empat Semua berjalan sesuai harapan Kamu yang sibuk berdandan Sedang aku sibuk mengemudikan Dan sesekali dari spion, kulihat Gelak tawa dari 2 buah hati kita Saat kita semua tersenyum melepas tawa Saat perkara memuncak singgasana (Trakkkkk...... ) Spontan suara itu terdengar Tabrakan tak terelakkan Kucoba bangun... Membuka mataku Namun sial tetap saja gelap Dingin yang kian mencekam Sangat terasa tak terpendam Sungguh.... Listrik dan selimut Enggan melanjutkan kisah kita😅