Kamu pasti tak menyangka dengan ini, atau bahkan menangis haru membaca sajak ini. Sajak yang begitu sempurna, sejak dua bulan yang lalu aku mempersiapkannya hanya untukmu. Ada tujuh paragraf yang kutuliskan dengan diksi sederhana. Jumlah yang didalamnya ada puluhan diksi rapuh yang tertulis.
Kamu mungkin akan menyangka jika setiap bait-bait sajak berisi kata-kata romantis dalam setiap kalimat seperti dulu. Dimana kamulah isi tulisanku, kamu salah jika mengira seperti itu. Semua kata didalam sajak ini adalah ungkapan hati yang benar-benar kabut. Tak ada majas yang mendalam di sajak kali ini.
Sajak yang sengaja kubuat demikian hanya untukmu karena cintaku padamu benar-benar selimut kabut yang mengepung mataku, memenuhi rongga dadaku dan melemahkan denyut nadi. Biarlah cinta itu tetap berkabut, tanpa hujan, tanpa terik matahari, tanpa senja, tanpa cuaca.
Di bagian akhir sajak kutuliskan sebaris catatan sebagai pesan; "Senjaku kali ini lebih indah daripada mempercayai seduhan kopi pahit dari tanganmu yang dipermanis bualan janji darimu,".
Aku ingin kamu menerima, membaca, dan memahami setiap makna kalimatnya dengan tehnik yang sederhana: Pejamkan mata, dengarkan hatimu yang mengembara dan berbicara tentang aku.
Satu hal yang perlu kau ingat, berjanjilah untuk tidak menangis setiap kali kamu menemukan serpihan keping jantungku di dalamnya yang tak sengaja kamu hancurkan dengan ingkarmu. Aku tak mau airmatamu menjadi hujan yang nantinya membasahi sajak dariku. Aku khawatir kertasnya akan basah, lalu hilanglah separuh kisah yang selama ini kusimpan rapi di dadaku yang paling sunyi.
Terimakasih. Kelak setelah kau selesai membaca sajaknya, maka aku akan datang dan mengatakan semua diksi dalam bentuk sajak yang sekian lama kusiapkan hanya untukmu.
Tolong jangan bersedih ya. Aku sedang menyelesaikan sebuah pertarungan antara realitas dan imajinasiku sendiri. Tentang aku yang terjebak dalam teduh tatapanmu kala senja kita yang lalu.
Maafkan aku yang dulu terlalu angkuh ingin memiliki dan menatap matamu lebih lama lagi. Lalu menenggelamkan diriku lebih lama disana. Namun hal itu hanyalah mimpi yang sekarang hilang, seperti senja yang datang dengan indah lalu meninggalkan malam yang dingin.
Terima kasih telah menyadarkan aku, bahwa kepergianmu adalah salah satu cara Tuhan memberitahuku bahwa dirimu bukanlah yang terbaik.