Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Pilihan

  Seorang berkata begini "Bagi saya tidak ada yang salah dari sebuah pilihan, yang salah adalah ketika lu memilih kemudian lu mengeluh. Dan yang bodohnya adalah ketika sudah mengeluh, lu tidak coba pilihan lain" Lalu dia menjawab "kata Tan Malaka idealisme itu kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda bro" Yang lain menyahut "bung... Jangan cari pembenaran pada kebuntuan jalanmu, idealis full bisa mati bos, mati yang seolah berjuang adalah jalan yang begitu lebar menuju penyesalan. Silahkan tersinggung, dengan tersinggung bukan berarti lu benar juga, tapi ketersinggunganmu muncul karena memang buntulah ia pada idealis yang lu gaungkan itu, bertahan yang akan membuatmu menjadi manusia statis" Seseorang itu kemudian mengambil alih mimbar pembicaraan "Ada baiknya menggeser idealis, untuk mereformasi, mengamandemenkan bahkan merevolusi idealis sebelumnya. Agar kompatibel dengan situasi. Dulu ada seorang guru pernah berkata begini  "dengan beradaptas...

Belajar dari Bungkam

      Pernah tidak, anda punya statement bagus yang bagi anda statement ini tak terbantah, memang bedebes bes bes. Tapi di suatu momen anda goyah, eh bukan goyah yang sifatnya ekstrim ya. Tapi lebih ke arah bosan. Gini...bagi saya ternyata sebaik atau sebagus apapun pemikiran yang anda punya, yang anda punya akan menemui titik jenuhnya. Kalo Katanya Aurelius seorang stoikis sekaligus kaisar Roma  begini "semua yang kita dengar adalah opini bukan fakta semua yang kita lihat adalah perspektif bukan kebenaran." Bagi saya, di mana orang-orang yang terkatakan dewasa memandang sifat anak yang "alami" yaitu labil, memiliki kesan kurang enak bagi saya, karena ya... Orang dewasa bilang itu sifat yang perlu diubah. Oke mungkin maksudnya bahwa biasanya seorang anak memiliki tingkah yang berubah-ubah, perlu ditanamkan tingkah-tingkah yang bagi saya berkesan memaksakan harapan kita kepada mereka, agar si anak nantinya tetap konsisten melakukan hal tersebut yang bagi orang dewasa...

Dingin itu...

 Antara hukum fisika dasar tentang adanya reaksi karena adanya aksi. Lalu mereka menyebut itu tidak dapat dipungkiri dengan merefleksikannya pada adanya kebaikan karena ada kejahatan. "Sungguh jika kejahatan tak ada maka kebaikan takkan pernah memiliki nilai" sambung yang lain. Mereka lupa bapak fisika pernah berkata perihal 'dingin' dalam sains tidaklah ada, yang disebut dingin itu adalah ketiadaan energi kalor (panas). Begitu juga dengan 'gelap' tak pernah ada dalam fisika yang ada hanya kekurangan cahaya. Berangkat dari sana, saya sendiri memberikan sikap bahwa kejahatan itu tak pernah ada, yang ada hanya kebaikan yang sadar tidak sadar dibiarkan sirna. Dengan kata lain, kejahatan menjadi ada karena sudah meniadakan kebaikan. Maaf sedikit melibatkan Tuhan, bahwa mungkin saja memang Ia tidak menciptakan segala yang ada seperti kejahatan namun hanya kebaikan saja yang telah tertanam dengan sempurna. Di sini banyak manusia berkata "nakal dulu baru sukses...

Utopia Cinta

"Seseorang akan selalu bersama dengan orang yang dicintainya" kata sebuah lantunan. Sederet umpan lambung mengenai kepalaku dan kemudian mengajak anganku menyusuri pengalamanku tentang "Cinta yang telah tertanam hingga cinta yang meredam paham" Begini mulanya. Aku mengatakan, "aku mencintai Yesus". Melalui perkataan dan berbagai ayat tentang Tuhan Alpha dan Omega serta seuntai kalimat pertama di atas, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin bahwa sebelum aku mengenal Yesus,  Yesus sudah bersamaku.  Dan saat ini, aku mengenal Yesus, saat ini juga Dia ada bersamaku.  Hingga aku tertarik, dan belajar seluk belukNya, yang mana aku belajar menguatkan cintaku padaNya hingga saja aku tanpa aba-aba tertunduk dan mendapati diriku rindu padaNya. Membayangkan bagaimana wajahNya, dan terbersit pertanyaan  "Apa memang Yesus juga rindu padaku?  Apa memang Yesus juga menginginkan kehadiranku?  Apa memang mencintai Yesus juga dengan hal yang harus diperjuangkan dan  berc...

Melamar Titisan-Nya

 Seandainya aku meminta seorang perempuan yang menjaga dengan baik auratnya, selaku aku menjadi seorang kristiani. Apakah salah? Aku membayangkan nantinya saat aku yang menemukan wanita itu tak islam dan seorang kristen, dengan s e baik-baiknya menutup auratnya. Apakah dia akan bertanya nantinya ; apakah kamu tidak malu memilikiku yang malu menggunakan pakaian terbuka serta begitu disukai kaummu? Apakah kamu lelaki normal yang tidak memilih takut denganku nantinya saat berpapasan dengan gadis yang memuaskan mata kaummu?. Begini aku akan menjawabnya, akulah pria yang beruntung jika memang aku menjadi kekasihmu. Dan keberuntunganku kali ini akan kujaga dengan sisa hidupku. Dan istilah malu tak memiliki tempat dalam sisa hidup itu lagi. Dan tentang perkara dengan gadis itu, aku sendiri akan berkata jujur sedari di sini. Aku pria yang dilahirkan dengan tubuh yang fana dan dengan segala niat manusiawi yang ada, maka saat bertemu dengan itu, dia akan sejenak memiliki nafsuku dan akan k...

Moral

    Begitulah mereka mengartikan moral yang secara tidak disadari beberapa telah sepakat dengan pernyataan itu.  Hal lain yang cukup mencolok bagi saya, yaitu STANDAR, perlu kita sepakati bahwa standar tersebut ada dengan berbagai pertimbangan yang kemudian menjadi suatu konvensional suatu kelompok.  Dengan kata lain, seseorang yang tidak pernah bisa memilih lahir di suatu kelompok mendapati konvensi tersebut cukup mengganggu langkah-langkahnya. Dilawan pun para PETINGGI terciptanya konvensi itu akan menghakiminya, menyuarakan SUBVERSIF nya anggota kelompoknya.  Dan kembali pada standar tersebut, akan sangat berlawanan dengan pernyataan bahwa "Setiap manusia memiliki standar berbeda".  Moral saat ini memiliki kesan sebagai kambing hitam untuk setiap sikap, tindak-tanduk kurang enak yang diterima dari seseorang.  " Hushh, pemuda sekarang, semakin tak bermoral"

Menerka Sapardi Vol. 1

 Dengan menjadi siut artinya aku butuh angin memalunya menjadi nada yang kusuka. Yang sama sekali angin tidak keberatan diperlakukan begitu.  (Halnya kamu adalah angin)  Menjadi terjal artinya aku hadir di sini menegaskan adanya gunung. Yang harus ada untuk memastikan bukanlah gurun datar yang tak mampu menyentuh awan. (Halnya kamu adalah gunung)  Menjadi ricik artinya baik pelan suara saat berhadapan dengan gemuruh atau saja satu-satunya yang terdengar menembus keheningan malam. Aku hanya akan ada saat kau akan mengalir. Bahkan aku yang akan ada terakhir sesaat kau menjadi tetesan terakhir. (Halnya kamu adalah air)  Menjadi jilat artinya aku ada sebagai wadah rembetan api. Yang kunikmati saat-saat harus dilalap hingga hangus dan bahkan tak bersisa. Satu hal yang pasti, kau mati sesaat aku tak lagi mampu memberimu kepastian hidup. (Halnya kamu adalah api)  Menjadi aku adalah keharusan untuk mencintaimu, dengan aku yang apa adanya adalah sebutan untukmu yang...