Aku selalu bertanya "balasanmu dengan 'wkwkw' apakah kamu benar benar tertawa?"
Maafkan aku yang mempertanyakan ini. Karena bagaimanapun aku begitu takut dipencundangi setelah berkali-kali oleh yang lain.
Aku tidak mau lagi memaksa isi kepalaku dalam satu lajur. Aku ingin bersahabat dengan bahaya, aku butuh ia agar aku lebih siap ke depannya.
Mungkin, jika kau marah, benar benar marah saat mendengarnya. Percayalah bahwa aku hanya ingin kau menamparku sekuat mungkin dan berucap "hei bodoh, apakah kau tidak paham akan getaran yang sama di antara kita?" Dan jika begitu maka biarkanlah aku kau caci, setelahnya aku hanya ingin dipelukmu.
Namun, jika tidak benar marah, biarkanlah aku pada memang tanyaku ini benar adanya. Dengan begitu aku menjadi paham bahwa kita tidak akan bisa bersama.
Karena saat tawamu benar benar sungguh di kepalaku namun hanya ramah bagimu adalah sisi lain tak masuk akal diriku yang mencoba membunuhku dengan rasa nyaman palsu.
Aku mohon, segeralah lepaskan aku dari belenggu ramahmu.
------------------------------------------------------------------------
Dan kau tahu? Hingga saat ini juga aku hanya mampu menuliskannya, tanpa berani menanyakannya langsung, bukan. Bukan takut pada jawabanmu, tapi aku yang masih pecundang pada bahaya, masih begitu takut jika bayanganmu dalam kepala yang perlahan terpahat di jantungku akan mencabik-cabik dagingku hingga tak bersisa.
Dan ya, aku masih terlalu kecil untuk merasakannya.
------------------------------------------------------------------------
Bertemu dengannya
Bila aku ingin bertemu dengannya.
Saat merindukannya, aku ingin mengatakan aku rindu padanya.
Merasakan panik...
Merasa bersyukur...
Aku ingin merasakan ikatan seperti yang dirasakan orang orang biasanya.
Demikianlah aku berdoa.
Kemudian, berdoa sekali lagi kepada Tuhan,
Aku begitu bersyukur.
Aku sekarang... sangat
bahagia.
-K