Tuhan, kau tahu segala arah dan tujuan hidup ini,
tapi aku tetap berjalan meraba, seolah buta dalam terang.
Saat ini, aku hanya ingin berdiri sebagai diriku yang utuh,
tak lagi terpuruk dalam lemah yang menyedihkan, bukan pecundang yang kau hina.
Namun, semangat yang aku pupuk sering menjelma batu,
jatuh begitu saja, menjerumuskanku ke lubang kehampaan yang dalam dan dingin.
Jika benar lubang kehampaan itu bagian dari jalan-Mu,
jangan tinggalkan aku sendiri di sana, temani aku di sudut-sudut kelam itu.
Biarkan aku menjadi manusia yang bernilai, yang tahu artinya bertahan dan menang.
Aku benci marah, tapi marah menguap dari kepingan kecewaku,
dan seketika aku takut, takut dikatai seperti perempuan yang tak henti bicara.
Aku benci kalah, sebab harga diri ini dipertaruhkan,
serupa perak yang tergerus aliran sungai sampai lenyap tak bersisa.
Aku ingin menang, Tuhan, tak sekadar menang yang kosong,
tapi menang yang tahu cara menghargai setiap luka. Kumohon, izinkan aku paham arti hidup ini,
pada jalan-Mu, biarkan aku jadi manusia yang bertahan meski dikejar kehancuran.
Lintong
11 Oktober 2024